English English Indonesian Indonesian
oleh

Wujudkan Kesadaran Inklusi, ALSA Social Event Bekali Disabilitas Kemampuan Desain Grafis

FAJAR, MAKASSAR-ALSA Social Event merupakan salah satu kegiatan sosial tahunan dari ALSA Local Chapter Universitas Hasanuddin (Unhas). Kali ini kembali dihelat. Penyelenggaraan ALSA Social Event tahun ini terbagi atas dua rangkaian kegiatan yaitu, Pre-Event dan Main Event.

Agenda Pre-Event dilaksanakan pada hari Kamis, 15 September di Ruangan Promosi Prof Andi Zainal Abidin Farid Fakultas Hukum Unhas. Rangkaian sosialisasinya yaitu KULIK (Kuliah Literasi Inklusif) sebagai pembekalan anggota ALSA sebelum terjun ke masyarakat. Ini untuk menyebarluaskan terkait masyarakat inklusif dengan bekerja sama dengan PerDik dengan tema pembahasan “Patterns and Methods of Interacting with the Disabled”.

Kegiatan Pre-Event dilanjutkan dengan melakukan kampanye ke masyarakat yang ada di lingkungan Unhas. Itu dengan membawa poster dengan substansi terkait disabilitas. Terdapat juga fasilitas barcode e-modul dengan substansi informasi seputar disabilitas. Salah satunya pola dan metode berinteraksi dengan disabilitas.

Selain itu juga terdapat barcode petisi online aktivitas ini untuk mewujudkan masyarakat inklusif. Kegiatan ini disambut dengan baik oleh berbagai kalangan masyarakat. Sementara ALSA Social Event diadakan di Aula SLB Negeri 1 Pembina Provinsi Sulsel, 17 September. Itu dengan mengadakan pelatihan desain grafis.

Sesi pembawaan materi ini dibawakan oleh Hadi Syafitra Jamal yang juga merupakan former Secretary Manager Technology, Information, and Multimedia Department dari ALSA LC Unhas. Sharing session bersama Firman Haryono Syam yang merupakan Former Staff of Technology, Information, and Multimedia Departement dari ALSA dan Daeng malik dari Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDik). Ada 30 peserta yang merupakan disabilitas fisik dan disabilitas sensorik tuli.

Selain itu ALSA juga bekerja sama dengan Komunitas Anak dengan Sindrom Down (KOADS) untuk menampilkan bakat mulai dari tarian, pembacaan puisi, menyanyi, hingga penampilan kolaborasi-kolaborasi. Penampilan lainnya dari SLB Negri 1 Pembina seperti menari, pembacaan puisi dan menyanyi.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka dan yang paling penting bisa melihat ekspresi anak-anak yang begitu bahagia,” Pak Nur selaku guru SLB Negeri 1 Pembina Makassar.

ALSA juga bekerja sama dengan Lembaga bidang pembinaan dan pengembangan serta perlindungan sebagai bagian dalam menunjang restorasi ruang kota yang inklusif yaitu Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDik), Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Demi Kesetaraan (Gemparkan), dan Gerakan untuk Kesetaraan Tuna Rungu (Gerkatin).

Project Officer Agra Rahagi Sabri mengatakan, akan membentuk komunitas desain grafis yang mewadahi peserta kelas desain grafis. Hal ini untuk meningkatkan passion-nya di bidang desain grafis yang pengembangannya akan terus dipantau oleh ALSA LC Unhas.

Ia juga berharap kegiatan Sosial Event tahun ini mampu mendorong masyarakat untuk mewujudkan masyarakat inklusi. “Khususnya kepada teman-teman disabilitas bahwa mereka juga bisa melakukan hal-hal yang mungkin kita tidak bisa lakukan,” ungkapnya.

ALSA Social Event tahun ini mengambil tema This-Ability : A Step Towards Creating an Inclusive Society, This-Ability yang artinya “kemampuan ini” diambil dari kata Disabilitas dan A Step Towards Creating an Inclusive Society yang artinya “sebuah langkah untuk terciptanya masyarakat inklusif”.

ALSA LC Unhas mengangkat tema itu karena adanya paradigma masyarakat yang memandang sosok penyandang disabilitas dengan segala keterbatasan yang ia miliki secara media seringkali dianggap sebagai “kaum yang kurang beruntung”, namun pendapat ini sering terjadi di lingkungan yang masih dengan anggapan konservatif.

Gerakan Mahasiswa dan Pelajar demi Kesetaraan (GEMPARKAN) Kota Makassar mencatat kaum disabilitas seringkali masih mengalami kesulitan apabila harus mengelolah atau memproduksi sesuatu yang sifatnya berhubungan dengan IT. Hal tersebut didukung oleh asesmen yang dilakukan oleh Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDik) memperoleh 1.283 responden dari 32 Provinsi, 261 kota/kabupaten yang pada mayotitsnya merupakan perwakilan kelompok usia produktif. (*/ham)

News Feed