Selang setahun dia baru berkesempatan menempuh pendidikan ke SMP hingga lulus pada 1976. “Orang tua saya tidak mampu. Mau makan saja sangat susah. Akhirnya saya memutuskan tidak lanjut sekolah tapi masuk menjadi caddie pada 1971-1976 di Lapangan Golf Baddoka. Tapi karena masuk di situ saya bisa bersekolah. Jadi sambil sekolah dan berkerja juga,” cerita Mustapa.
Berkat kerja keras itu, Mustapa berkesempatan masuk bagian dari BI Sulsel pada 1977. Momen yang tak bisa dilupakan karena dipanggil langsung oleh pihak BI untuk mengabdi sebagai pegawai biasa. Tawaran itu sangat berkesan baginya. Demi hidup yang layak, dia pun menerima meski hanya seorang lulusan SMP. Tetapi kerja keras dan semangatnya mampu membuktikan hingga pensiun pada 2009.
“Dari caddie menjadi pegawai biasa BI di Makassar sangat patut saya syukuri. Masuk 1 September 1977 hingga pensiun sebagai staf biasa BI 2009. Alhamdulillah, empat anak saya bisa bersekolah penuh dan sudah bekerja diberbagai tempat,” syukur Mustapa lagi.
Karena itu, dia ingin mereka yang menggeluti pekerjaan caddie agar tidak patah semangat. Semua punya jalan dan kesempatan yang sama. Sisa bagaimana seorang itu bisa menunjukkan usahanya. Mustapa memang spesial. Sebab, dari empat trofi bergengsi Apindo Golf Sulsel Tournament 2022, dia meraih trofi tetap Alwi Hamu dengan satu-satunya pegolf bukan berlatar pejabat atau pengusaha.
Piala tetap dari tokoh Sulsel HM Jusuf Kalla misalnya. Kategorinya ialah Best Gross Overall (BGO). Trofi ini diraih pegolf Indar Jaya. Indar sendiri salah satu staf pengelola Lapangan Golf Baddoka yang ikut beradu ketangkasan. Dia berhasil mengumpulkan poin di antaranya 74 pukulan, 71 net, dan 3 handicap.