English English Indonesian Indonesian
oleh

Ibu-Anak Meninggal di Pinrang: Motif Utang, Anak Korban

Depresi bisa memicu tindakan irasional. Perlu pendampingan kepada mereka.

WIDYAWAN S
Pinrang

SM (40) berduka. Istrinya, BR (37), bunuh diri. Bahkan, dua anaknya yang masih belia, MD (8) dan MN (5), juga sudah ditemukan tidak benyawa.

Kasus ini terjadi di Kabupaten Pinrang, Senin siang, 19 September. Berdasarkan keterangan Camat Tiroang, Ansaruddin Maramat, kejadian bermula pada saat BR meminta suaminya, SM, keluar rumah untuk menagih utang.

Saat itu sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah tiga jam di luar, SM kembali. Lantas dia mendapati istri dan dua anaknya tidak lagi bernyawa.

”Pas dia pulang sekitar jam 11 siang, dia ketuk-ketuk pintu, dia panggil-panggil, tapi tidak ada respons dari dalam. Akhirnya dia dobrak pintu, dia lihat-mi kondisi istri dan anaknya,” ujarnya kepada FAJAR.

Tak berselang lama, warga dan petugas datang. Selama ini, BR dikenal sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang ramah dengan tetangga. Bahkan tidak jarang dia membagi-bagikan telur bebek kepada tetangga.

Mereka adalah petani yang juga peternak bebek. Mereka juga terlihat damai dalam berumah tangga. Hidup bersosialisasi seperti pada normalnya. Diduga ada faktor yang membuatnya depresi.

”Sepertinya utang piutang. Karena BR simpan itu buku catatan. Cuma saya tidak tahu pasti, apakah itu utangnya, utang suaminya, atau utang orang sama mereka,” bebernya.

Kapolres Pinrang AKBP Moh Roni Mustofa mengatakan motif kematian tiga orang tersebut belum bisa disimpulkan. Personel Satreskrim Pinrang tengah melakukan pendalaman.

”Dugaannya bunuh diri. Anggota kami datang sekitar pukul 11 lewat. Jadi ibunya ini belum diketahui apakah bunuh diri atau dibunuh. Cuma kalau anaknya, kemungkinan minum racun. Di sampingnya ada pestisida sama minuman seperti teh,” jelasnya.

Roni mengatakan, ada dua kemungkinan yang saat ini bisa disimpulkan. Ketiganya dibunuh dengan motif seolah-olah bunuh diri, atau memang BR meracuni dua anaknya dan murni bunuh diri.

”Kami masih mengumpulkan bukti di lapangan. Motifnya belum bisa disimpulkan sekarang, kami tidak mau buru-buru. Tapi bisa saja dia dibunuh dengan rekayasa bunuh diri atau memang murni bunuh diri,” bebernya.

Kasat Reskrim Polres Pinrang AKP Muhalis mengatakan ada dugaan persoalan utang yang mencekik. Jatuh tempo pula.

Respons Sosiolog

Sosiolog Universitas Hasanuddin Ramli AT nenilai kejadian ini menjadi bukti bahwa pemerintah lalai dalam memonitor kelompok masyarakat kurang sejahtera.

”Bunuh diri itu batas akhir orang tidak mampu menghadapi persoalan yang menekan dia. Kalau alasannya ekonomi, pasti orang itu sangat sulit. Harusnya ini termonitor dengan baik pada lembaga yang bekerja untuk itu,” jelasnya.

Pemerintah sudah punya banyak lembaga yang bertugas untuk penanganan kemiskinan. Hanya, ini menjadi indikasi kuat bahwa lembaga tersebut tidak berfungsi dengan baik.

”Semua punya tugas untuk itu. Tapi kalau ada kejadian begini, artinya masih banyak peristiwa kemiskinan yang lalai termonitor dengan baik perkembangannya. Ini ada kelalaian,” lanjutnya.

Masyarakat penyandang ekonomi prasejahtera merupakan pihak yang paling patut diperhatikan dalam masalah sosial. Sehingga, sudah selayaknya pemerintah memberikan banyak perhatian terhadap kelompok ini.

“Apalagi sekarang banyak model bantuan yang sudah dikembangkan untuk kelompok miskin,” urainya.

Selain itu, Ramli menilai kemiskinan tidak melulu disebabkan karena uang. Banyak hal lain yang bisa menjadi penyebabnya, mulai dari lingkungan sekitar sampai dengan mental masyarakat.

Sehingga, solusi yang diberikan tidak bisa hanya bergantung pada bantuan sosial berupa bahan makanan atau uang saja. Tetapi, perlu penguatan mental dan membangun lingkungan masyarakat yang berdaya ekonomi kuat.

Sehingga, Ramli menilai masyarakat sekitar punya peran besar dalam proses pengentasan kemiskinan. Paling tidak, unsur pemerintah lewat RT/RW bisa membangun komunikasi yang baik, membentuk komunitas, yang mengarah pada penguatan ekonomi masyarakat.

”Ini menjadi pertanyaan, ada pendampingan ke mereka dari berbagai aspek atau tidak? Minimal RT/RW bisa berfungsi dengan baik, karena mereka yang terdekat. Mereka lebih tahu, karena berdampingan,” tutupnya.

Isu Ekonomi

Kepala Dinas Sosial Pinrang M Rusli mengatakan sekitar 20 ribu masyarakat yang menyandang status kesejahteraan lemah. Jumlah itu pun hanya mereka yang terdaftar sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) saja.

”Itu berpeluang berubah-berubah setiap saat, jadi tidak stagnan di angka itu saja,” ujarnya

Jumlah itu juga belum termasuk penerima bantuan lain, seperti bansos dari Kemensos. Termasuk juga penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

”Kalau bansos itu kan program nasional, PKH, BPNT, dari Kemensos untuk fakir miskin. Jadi kami tidak dilibatkan dalam penganggaran. Keterlibatan kami cuma di monev saja. Jadi sifatnya ekaternal,” lanjutnya.

Sampai saat ini, Pemkab Pinrang sendiri masih minim upaya pengentasan, atau bahkan pendampingan. Program yang diusung tidak banyak. Hanya rehabilitasi sosial, kegiatan anjangsana, atau pun bantuan untuk pihak-pihak yang terdampak bencana.

”Upaya pengentasan seperti anjangsana saja. Kalau Dissos kegiatannya banyak rehabilitasi sosial dan penangan bencana. APBD yang dianggarkan untuk rehabilitasi sedikit sekali, sekitar Rp100 juta saja,” bebernya.

Bagi Anda yang membutuhkan konsultasi psikologi, hubungi kantor pemerintah setempat. (wid/zul-dir)

News Feed