English English Indonesian Indonesian
oleh

Skenario Digital: Audio Visual sebagai Formula Pembelajaran dan Latihan Aktor pada Teater “Kondobuleng”

OLEH: M. Fadhly Kurniawan (Transkrip Tradisi Lisan Indonesia) dan Muhajir (Dosen Polimedia Makassar)

Meredupnya isu pandemi covid-19 ditandai dengan bermunculannya beragam bentuk pertunjukan kesenian di tiap daerah di Indonesia. Di Kota Makassar khususnya, dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir hampir tiap pekan dijumpai panggung pertunjukan yang melibatkan massa skala masif. Adapun panggung yang dimaksud ialah panggung yang melibatkan masyarakat konsumen pertunjukan urban-populer, maupun penggemar kesenian tradisional.

Kota Makassar sebagai pusat masyarakat urban Indonesia bagian timur memiliki beragam jenis khazanah kesenian tradisional, misalnya seni tutur Pakkacaping, Sinrili’, dan seni teater rakyat yang populer disebut dengan Kondobuleng. Secara hemat, Kondobuleng adalah suatu pertunjukan teater tradisional yang membahas tentang bangau putih sebagai cerita tunggal dan diadopsi dari aktivitas sosial-budaya masyarakat Makassar. Sutton (2013.41) mengklasifikasi tradisi ini dalam bentuk drama-tari yang berciri khas guyon improvisasional masyarakat Makassar.

Dalam kesejarahannya, Asia R. Prapanca menjelaskan bahwa Kondobuleng dahulunya merupakan suatu ritual masyarakat suku Bajo yang bermukim di Teluk Bone, kemudian, dalam prosesnya hingga saat ini menjadi konteks pertunjukan teater rakyat karena seringnya dipentaskan oleh Sanggar Seni I Lolo Gading asuhan M. Arsyad K (Daeng/Bapak Aca) di berbagai acara dan festival rakyat (Prapanca. 2021: 117).

Berbeda dengan kesenian tutur tradisional, Kondobuleng akhir-akhir ini minim dijumpai di panggung pertunjukan. Padahal, kesempatan untuk tampil di tengah masyarakat sudah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah. Hal itu membuat kurositas pribadi, dan ternyata setelah melakukan riset mandiri, Kondobuleng sedang mengalami krisis generasi aktor. Setelah melakukan wawancara dengan Bapak Aca, beliau mengakui bahwa minat generasi muda dan penikmat kesenian tersebut sangat turun drastis. Oleh sebab itu, perlunya dilakukan strategi dan upaya agar kesenian tradisional ini masih dapat dinikmati hingga beberapa generasi selanjutnya.

Berdasarkan fenomena di atas, Kondobuleng kini berada dalam kondisi urgen pewaris aktor. Sehingga, salah satu strategi inovasi penyelamatan tradisi ini ialah dengan menciptakan metode pembelajaran aktor berbasis digital yang relevan dengan konteks modern saat ini. Adapun media yang difokuskan ialah pada skenario Kondobuleng yang diubah dari teks tertulis menjadi skenario digital. Penggunaan formula berbasis audio-visual atau sinematografi ini merupakan metode pembelajaran medium baru yang berfungsi sebagai formula keaktoran yang dapat mengelola aktor dalam skala masif, khususnya para pelaku teater di kota Makassar.

Metode ini sedang dalam tahap proses sosialisasi pada pelaku teater di kota Makassar. Tahap perkenalan perdana telah dilaksanakan di Museum Kota Makassar pada tanggal 23 Juli 2022 dengan dihadiri para PSK (Pekerja Seni Kampus) Makassar. Hasilnya, para pelaku teater Makassar memberi tanggapan dan respon positif terhadap metode ini. Diharapkan agar formula atau metode ini dapat diaplikasikan pada beberapa jenis pertunjukan, khususnya yang sedang dalam berada posisi urgensi kepunahan.

Upaya inovasi ini dilakukan bertalian dengan UU Pemajuan kebudayaan nomor 5 tahun 2017, yaitu sebagai strategi pemajuan kebudayaan jenis tradisi lisan dan kesenian tradisional. Pelabelan Kondobuleng sebagai tradisi lisan berjenis kesenian tradisional tidak hanya sebatas bentuk pertunjukan, namun, di balik itu terdapat banyak pengetahuan kultural masyarakat Makassar yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran berbasis nilai-nilai lokal. Metode pembelajaran berbasis teknologi merupakan bentuk preservasi solutif yang diharapkan adaptif dalam membaca kebutuhan zaman, khususnya pertunjukan kesenian tradisional di tengah konsumsi masyarakat urban saat ini. (*)

News Feed