OLEH: Andi Iqbal Burhanuddin, Anggota Alumni Jepang (PERSADA)
Sebuah hasil riset dari Universitas Stanford AS diunggah melalui The Journal Nature baru-baru ini dilaporkan bahwa berdasarkan pengumpulan data dari 111 negara di berbagai belahan dunia dalam waktu selama 95 hari. Rupanya Indonesia menempati urutan pertama dalam daftar peringkat negara yang paling malas berjalan kaki sedunia. Hal itu tentunya bukanlah suatu hal yang patut dibanggakan.
Menurut penelitian yang melibatkan lebih dari 700 ribuan orang tersebut, rata-rata orang Indonesia hanya berjalan kaki kurang lebih tiga ribuan langkah setiap hari, sementara Hong Kong dan Jepang adalah negara dengan penduduk yang paling rajin berjalan kaki dengan rata-rata enam ribuan langkah per hari.
Ketika kita berjalan di kota-kota Jepang, seperti halnya kota-kota lain dunia menjadi pemandangan umum melihat begitu banyak warganya yang berjalan kaki. Hal ini terjadi karena warga mereka dimanjakan dengan berbagai fasilitas ramah untuk pejalan kaki. Pemerintah setempat yang membuat tata kota menjadi tersistem dan terintegrasi dengan baik antara moda transportasinya dan kenyamanan warga khusus untuk pejalan kaki, serta sukses menjadikan transportasi umum sebagai instrumen angkutan massal.
Tradisi berjalan kaki yang tak hanya membuat Jepang pantas dinobatkan sebagai salah satu negara tersibuk di dunia namun juga negara dengan tradisi berjalan kaki paling cepat. Tentu masih sulit disandingkan dengan di tempat kita yang cenderung menggunakan transportasi pribadi dibanding jalan kaki, bahkan untuk jarak dekat sekalipun umumnya kita sangat malas untuk berjalan kaki.
Malasnya masyarakat berjalan kaki, salah satu alasannya karena fasilitas pejalan kaki di Indonesia kurang memadai, kurang nyaman, tingkat kebersihan kurang. Sekarang ini semakin termanjakan teknologi yang ada seperti layanan antar jemput online. Berbeda dengan masyarakat Jepang memilih berjalan kaki salah satu dikarenakan pedestariannya (trotoar) sangat mendukung untuk pejalan kaki dari stasiun atau akses transportasi terdekat menuju tujuan.
Selain dari itu, kebiasaan jalan kaki bagi masyarakat Jepang telah ditanamkan sejak usia dini tanpa diantar oleh mobil atau bahkan ditemani orang tuanya. Membiasakan anak-anak untuk berjalan kaki bukan saja dilakukan oleh orang tua dan sekolah, tapi pemerintah pun ikut ambil bagian dengan memasukkan mata pelajaran Syakai dalam kurikulum sekolah. Dalam mata pelajaran Syakai ini, anak-anak diajak dan dibiasakan untuk belajar mengamati dan mencermati lingkungan sekitar.
Belajar perkereta-apian Jepang
Hampir sebagian besar penduduk Jepang memanfaatkan kereta selain bus sebagai moda transportasi utama. Penduduk Jepang memang terkenal lebih menyukai menggunakan kendaraan umum berangkat dan pulang kantor, berjalan kaki atau naik sepeda ke stasiun, setelah itu mereka naik transportasi umum yang terbebas dari kemacetan dan menjadi andalan mereka ketika bepergian.
Jepang butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sistem transportasi umum yang nyaman, cepat, dan tepat waktu seperti sekarang ini sehingga banyak warganya gemar memanfaatkannya ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Dengan kesadaran bekendaraan umum memberi solusi strategis atas padatnya lalu lintas kota. Kini Jaringan kereta api Jepang telah dikenal sebagai salah satu layanan transportasi paling baik di dunia.
Layanan kereta mencapai lantai enam bawah tanah yang dimiliki menjangkau seluruh sendi kota dan dioperasikan oleh perusahaan swasta dan perusahaan milik kota menjadikan sistem transportasi yang sangat efisien dan jadwal kereta api sangat padat namun tepat waktu, bersih, aman dan nyaman. Oleh karena itu, di Jepang perjalanan dengan kereta adalah yang paling populer. Jalur kereta di Jepang dikenal sebagai salah satu jalur kereta yang paling rumit di dunia, karena jaringannya sangat banyak dan menjangkau hampir di seluruh wilayah Negara itu.
Dalam laman Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi di Jepang (MLIT) disebutkan bahwa panjang lintasan keretanya mencapai 27.532 kilometer. Dan uniknya, 80 persen jalur KA yang dioperasikan berada di bawah tanah, berbeda dengan jaringan kereta lainnya di jalur biasa atau layang (elevated). Sistem kereta api Jepang sangat legendaris karena ketepatan waktunya, padahal selama jam sibuk penumpang ramai dan padat. Kini system perkereta apian Jepang menjadi model keberhasilan pengembangan transportasi massal bagi Negara-negara lain di dunia.
Pada 2017 lalu, seorang operator kereta lokal menjadi viral dan berita utama internasional setelah meminta maaf karena menyebabkan kereta terlambat hanya 20 detik. Tak hanya paling tepat waktu, jaringan kereta peluru shinkansen itu pun ternyata teraman secara global. Jalur berkecepatan tinggi andalan Jepang yakni Tokaido Shinkansen yang mampu dilewati dengan kecepatan kereta melaju hingga 320 km/jam beroperasi setengah abad tanpa ada satu pun permasalahan pernah dialami seperti tergenlincir atau tabrakan. Kematian penumpang akibat kecelakaan dalam bentuk apa pun sangat jarang terjadi diberitakan sejak kereta peluru itu mulai beroperasi pada tahun 1964. (japanestation.com).
Semoga polemik perkeretaapian yang terjadi di Makassar dan menghiasi media akhir-akhir cepat menemukan solusi terbaik. (*)