English English Indonesian Indonesian
oleh

Perjalanan ke Tangkuban Perahu

Karena waktu yang terbatas kami mesti bergegas kembali ke bus. Setelah berfoto, sesi membeli barang dagangan Bapak yang membantu kami berfoto. Ada dua pedagang asongan, salah seorangnya yang menggunakan telepon genggam Kadep, menawarkan gelang manik batunya seharga  Rp100.000 dan tentu saja sebagai pembeli, terjadilah saling tawar-menawar. Sama halnya, pedagang satunya, salah seorang dosen kami juga, Ibu Asriani karena menggunakan telepon genggam beliau. Pedagang menawarinya, Rp95.000. Ibu Asriani dan Ibu Muslimat saling transaksi, akhirnya harganya menjadi Rp50.000.

Belum sampai disitu, transaksi antara Kadep dan pedagang satunya, belum selesai, meskipun akhirnya beliau membeli gelang maniknya seharga Rp200.000 dapat tiga buah. Bapak itu masih kurang ikhlas karena merasa dagangannya murah dan sudah membantu kami berfoto. Tentu saja Ibu Kadep juga merasa kita mesti sama-sama saling berterima dan tidak ada pemaksaan yang pentingkan kami sudah membeli barang dagangannya. Kami melanjutkan perjalanan menuju ke bus. Bapak yang agak kesal itu mengikuti Beliau dan malah memberinya satu gelang manik lagi ke beliau. Tentu saja ini lucu karena mungkin bapak itu merasa tidak enak hati dan menyesal karena sempat emosi barang dagangannya ditawar, yang jelas terima kasih Pak sudah membantu kami berfoto-foto ria.

Sebelum sampai ke bus, kami singgah ke toilet terlebih dahulu. Kami ada berlima ngantre di depan toilet, ada hal lucu. Salah seorang dosen dari kami bertanya, “Kang mana lampunya, kok gelap yah?”, sambil menulusuri mata ke dalam toilet. “Bu, bukan gak ada lampunya, kacamata hitam Ibu belum dilepas makanya gelap” jawab Bapak itu. Saya sontak menahan tertawa, takut tidak sopan saya ini.

News Feed