SPEKTRUM: SAHARUDDIN DAMING
Terkuaknya selubung pembunuhan Brigadir J yang memosisikan Irjen Ferdi Sambo (FS) sebagai Dader Intelektual, sama sekali tidak mengejutkan, karena hal tersebut memang sudah sejak awal menjadi kecurigaan publik. Kini FS menjadi sangat populer dan menjadi trending topik melebihi ketenaran selebriti papan atas. Sayangnya popularitas tersebut justru tersembur dari rangkaian aib dan noda hitam kehidupannya. Padahal FS merupakan Perwira Polri yang sangat progresif.
Ketika sebagian besar rekan seangkatan bahkan seniornya merangkak memetik bunga melati untuk meraih pangkat perwira menengah, FS sudah terbang ke angkasa bhayangkara hingga meraih Bintang Dua (2). Namun sekarang perjalanan hidup FS mengalami antiklimaks, karier dan kehidupan putra Toraja ini berada di ujung tanduk.
Dalam Bahasa Toraja, Sambo secara harfiah berarti penutup, nama ini merupakan khas masyarakat Toraja yang sering disematkan pada anak bungsu sebagai penutup keluarga. Sering pula nama Sambo dilekatkan pada seseorang dengan maksud sebagai penutup segala ancaman ketidakbaikan. Namun makna kata Sambo yang melekat pada FS rupanya mengarah pada pengertian tutup karier. Sebab pelanggaran hukum dan etika yang dilakukan FS sebagai dalang pembunuhan Brigadir J, sangat fatal sehingga dapat dipastikan akan redup bahkan padam karena terancam dipecat dengan tidak hormat.
Kecemerlangan prestasi FS yang diperjuangkan selama lebih dari 28 tahun harus pupus dalam sekejap. Kecerobohan yang dilakukan FS hingga meruntuhkan semua istana prestisiusnya, sangat kontradiksi dengan latar belakang FS sebagai Pati Polri. Motif yang selama ini diklaim FS nekat membunuh Brigadir J akibat pelecehan seksual pada sang istri, banyak pihak meragukannya karena sangat tidak logis seorang berpangkat ajudan Brigadir berani melakukan pelecehan terhadap istri Jendral yang dikawal sejumlah ajudan lain. Andai alibi tersebut benar, maka FS sebagai Kadiv Propam tentu berkuasa penuh menindak J dari segi Pidana maupun etik tanpa perlu membunuh. Namun, motif yang paling rasional adalah Brigadir J tidak sengaja membocorkan rahasia besar FS kepada Putri Candrawati, bahwa FS memang berselingkuh dengan AKP. Rita Yuliana. Tak hanya itu, ajudan utama FS: Bripka Rieky Rizal dan supir pribadi keluarga FS: Kuat Ma’ruf melapor kepada FS bahwa Brigadir J rupanya juga sudah tahu mengenai rahasia bisnis haram yang konon digeluti FS selama ini. Mendengar hal itu, FS langsung naik pitam sehingga mengajak RR dan KM merembukkan cara menghabisi J.
Disinilah sumber petaka itu bermula, padahal sebagai seorang Pati yang telah berpengalaman dalam reserse kriminal, FS sudah sangat paham akan risiko menjadi dalang sebuah kejahatan berat. Ia juga sudah pasti hafal diluar kepala tentang strategi penyidik dalam membongkar skenario kriminal yang disembunyikan pelakunya dengan sangat rapih sekalipun.
Entah iblis mana yang sukses memperdayai FS untuk nekat melakukan kebodohan, sehingga menjadi dalang pembunuhan. Mungkinkah FS tertalu pede dengan Bintang dua (2) yang disandang dan Kadiv Propam yang dijabatnya sehingga merasa yakin mudah mempengaruhi dan menekan koleganya dalam jajaran Polri untuk menutup semua celah penegakan hukum atas kejahatannya.
FS lupa bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna, bagaimanapun lincahnya tupai, pasti akan jatuh juga. Meski FS telah membungkus kejahatannya dengan sangat rapih hingga melibatkan 63 personel Polri, kini semuanya telah terkuak dan mengantarkan FS pada petualangan anti klimaks dalam kehidupannya untuk menutup karier bahkan mungkin menutup segalanya. Wallahu’alam bisaawab. (*)