English English Indonesian Indonesian
oleh

Detik-detik Kemerdekaan RI di Sulsel, Kala Bangsawan dan Pemuda Bersatu Bentuk Laskar Perlawanan

Sementara janji kemerdekaan pada akhir-akhir Agustus atau dinilai lama. Akhirnya ketika kembali ke Indonesia para pemuda mengetahui bahwa Jepang sudah bertekuk lutut karena kalah dalam perang dunia pada 15 Agustus.

Jadi pemuda di Jakarta tidak mau mendapatkan kemerdekaan dari negara yang bertekuk lutut dari sekutu.

Pascapengeboman Hiroshima dan Nagasaki itu akhirnya ada istilahnya penculikan sehingga Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus.

“Sekembalinya Ratulangi tanggal 19 Agustus, Ratulangi menyadari bahwa pasti ada penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada pihak yang menang (sekutu). Olehnya dia tidak terlalu banyak berbuat,” kata sejarawan Unhas, Suryadi Mappangara, dilansir FAJAR, edisi Senin, 15 Agustus 2022.

Ratulangi juga tidak menempatkan dirinya sebagai gubernur. Dalam arti kata tidak bertindak segera untuk memberitahu bahwa dia adalah gubernur. Olehnya muncul keraguan Ratulangi.

Akan tetapi, bagi para pemuda di Sulsel dan para bangsawan, tidak. Mereka mendirikan semacam kelaskaran (kelompok-kelompok) di kampung masing-masing. Tujuannya untuk mempertahankan kemerdekaan.

Raja-raja berperan penting, seperti Andi Djemma yang mengambil inisiatif meminta organisasi pemuda di Luwu untuk berangkat ke Makassar untuk mencari tahu bagaimana kedudukan sebenarnya (pascakembalinya Ratulangi).

Suasana memang sudah merdeka, tetapi kondisinya terasa tidak seperti itu. Sehingga diadakan pertemuan raja-raja di Jalan Kumala (tempatnya Raja Gowa).

“Dari pertemuan itu mereka berikrar bahwa mereka berada di belakang republik. Diikuti seluruh raja, dari Luwu, Bone, Gowa, dan sebagainya termasuk pemuka bangsawan seperti Ibu Devo dari Sulbar yang menjadi pahlawan nasional juga hadir,” tuturnya.

News Feed