English English Indonesian Indonesian
oleh

Wali Kota: Polemik Lagi?

Podium: Hasrullah

Menyikapi polemik beberapa media persoalan kisruh pembangunan jalur kereta api di Sulawesi Selatan sudah sepantasnya kita menyikapi, bahwa transportasi kereta api di daerah sudah waktunya  diapresiasi. Hal ini untuk memudahkan pergerakan pembangunan daerah di Sulawesi Selatan. Jika kita melihat tranportasi darat sejak dicanangkan Gubernur Syahrul Yasin Limpo selayaknya pemimpin yang ada di daerah ini khususnya jarak tempuh Barru, Pangkep, Maros, dan Makassar selayaknya kita bersyukur agar moda transportasi tidak hanya memberi pilihan angkutan lewat jalur darat, tetapi juga moda tranfaransi barang yang dapat berefek ganda terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Selatan ke depannya.

     Namun, patut disayangkan sikap dan arogansi pemerintah kota Makassar di bawa kepemimpinan Danny Pomanto menolak desain rel kereta api karena melanggar tata ruang Kota dengan peraturan No. 4 Tahun 2015 tentang tata ruang kota Makassar. Bahkan sikap tegas dan cenderung emosional dengan menolak desain kereta api karena bisa menggangu tata kota dan salah desain (lihat Detik 17 Juli 2022). Penilaian tak koordinasi, berujung telah terjadi pelanggaran otonomi daerah.

Pernyataan menohok Danny ke pihak Pemerintah Provinsi, dimana pihak Gubernur tak sekadar narasi. Silang pendapat antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar meruncing soal rel kereta api. Danny ngotot dengan rel layang (elevated), sementara Pemerintah Provinsi telah bergerak cepat untuk mematenkan jalur darat (at grade), (lihat Detik, 8 Agustus 2022).

Kisruh dan polemik kereta api di Sulawesi Selatan, akhirnya Jubir Kementerian Perhubungan RI angkat bicara bahwa Adita Irawati menyebut elevated rail (rel melayang) akan memakan biaya 4 kali lipat dari anggaran semula (lihat detik, 9 agustus 2022).

Penolakan Danny soal kereta api akhirnya akan mengundang kecaman publik yang pedas, salah satunya Sawedi yang menganggap  Danny dirinya sebagai perencana kota tingkat dunia, bahwa desain kereta yang sementara jadi polemik antara Pemkot-Pemprov termasuk diskusi publik dituang publik pada diri Danny dan pemikirannya terjadi Inkonsistensi dalam Rencana Tata Detail Ruang (RTDR). Bahkan apa yang dikatakan Sawedi Muhammad,   Saya sependapat dengan beliau : “Bahasa tubuh dan diksi kata yang digunakan dalam komunikasi publik cenderung sangat emosional dan menunjukkan bahwa Danny tidak menggunakan otak yang rasional dalam mengintertpretasi kebijakan publik.

Terlalu banyak pemikiran “irasional” ditunjukkan pemerintahan Beliau selama dua priode yang tidak tererealisasi, sebagai contoh :sampah tukar beras, pete-pete smart, kantong sampah gendang dua, banjir dan drainase buruk, Makassar kota Banjir (kota genangan air), Makassar kota busur, pembangunan fasilitas publik di sekitar  Taman Macan, termasuk program anyar Smart Toilet seharga Rp17 miliar, banyak lagi janji Danny berbau pepesan kosong.

Watak emosional yang menganggap dirinya ahli tata kota beraroma dunia, namun patut disayangkan pola komunikasi yang dibangun cenderung tempramental tidak mencerminkan komunikasi yang apik. Tidak hanya disitu, Apa yang dirintis Pak SYL dan diteruskan oleh Andi Sudirman sebaiknya menggunakan dialog komunikasi yang baik dan mencerminkan pemimpin mempunyai watak dan negosiator tingkat dunia.

Jangan mempertontokan kepemimpinan egois dan tidak bisa bekerja sama untuk menyelesaikan kepentingan publik, termasuk melakukan negosiasi antar pimpinan provinsi dan daerah, soal penggunaan kereta api di Sulsel. Kecuali pemimpin kita ini, merasa dirinya paling “benar dan pintar” sehingga fungsi otak yang menjadi kendali berpikir dapat terkendali. (*)

News Feed