English English Indonesian Indonesian
oleh

Ekonomi Indonesia Melesat, Bye Resesi

OLEH: Andi Nurul Ika Wardani, Statistisi Pertama BPS Provinsi Sulawesi Selatan

Rapor kinerja perekonomian triwulan dua ditunggu. Mengapa tidak, di tengah terombang-ambingnya perekonomian dunia, negara butuh landasan yang kuat guna mengambil keputusan untuk mengantisipasi efek carut-marutnya perekonomian dunia.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan, mengatakan bahwa resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat akan membawa dampak  pada perekonomian Indonesia. Walaupun sejumlah indikator ekonomi Indonesia menunjukkan hasil yang baik namun pernyatan ini tetap membuat kita waswas. Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal dua ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak untuk menjawab pertanyaan yang saat ini muncul : akankah Indonesia resesi ?.

Beberapa waktu yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi tahun ke tahun / year on year (y-on-y) bulan Juli 2022 Indonesia tercatat mencapai 4,94 persen, tertinggi semenjak Oktober 2015 yang pada saat itu mencapai 6,25 persen. Angka inflasi tersebut dikatakan masih terkendali walaupun meningkat secara persisten, mengingat inflasi inti masih pada angka 2,86 persen. Inflasi inti adalah komponen inflasi yang pergerakannya cenderung tetap (persisten).  Inflasi inti menghitung inflasi barang dan jasa  di luar harga yang diatur pemerintah (inflasi administered price) dan barang/jasa harga bergejolak (inflasi volatile goods). Besaran inflasi inti sebesar 2,86 persen walaupun angka inflasi tahunan mencatat 4,94% menunjukkan fundemental economy Indonesia masih stabil. Selain itu, inflasi Indonesia tercatat masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara G20 lainnya. Sebut saja inflasi Uni Eropa Juni 2022 mencapai 9,6 persen, Amerika 9,1 persen, Korea 6,1 persen dan  Inggris 8,2 persen.

Ketidakjelasan perekonomian dunia juga membuat IMF (International Monetary Fund) melakukan koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang awalnya pertumbuhan ekonomi 2022 diproyeksikan sebesar 3,6 persen dikoreksi menjadi 3,2 persen, sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 sebesar 3,6 persen dikoreksi menjadi 2,9 persen.

Di tengah tekanan ekonomi global tersebut, kabar gembiranya ekonomi Indonesia berhasil tumbuh sebesar 5,44 persen. Angka ini bahkan lebih besar dibanding proyeksi para ahli. Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bertahan di atas 5 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan ekonomi nasional akan tumbuh sebesar 5,05 persen.

Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif menjadi kabar gembira bagi kita semua, mengingat banyak negara pada saat ini mengalami resesi. Saat suatu negara mengalami konstraksi pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi negatif triwulan ke triwulan / quartal to quartal (q-to-q) selama dua kurtal berturut-turut maka inilah yang disebut dengan resesi teknikal.  Misalnya saja Amerika Serikat, pada kuartal-II 2022 pertumbuhan ekonomi Amerika terkonstraksi q to q sebesar 0,9 persen sementara pada kuartal-I 2022 negara adidaya ini sudah terkonstraksi sebesar 1,6 persen.

Melesatnya perekonomian Indonesi ini dikarenakan berbagai faktor. Di tengah tekanan ekonomi global, ekonomi mitra dagang Indonesia tetap tumbuh meskipun melambat. Indonesia memperoleh angin segar atau “windfall” dari kenaikan harga komoditas di pasar global yang berimbas positif pada meningkatnya nilai ekspor kita yang selanjutnya tergambar pada surplusnya neraca perdagangan pada triwulan 2-2022 sebesar 15,55 Miliar US$. Surplus neraca perdagangan ini meningkat 148,01 persen dibandingkan triwulan 2-2021 ( y-on-y ) dan meningkat sebesar 67,85 persen dibanding triwulan 1-2022 (q-to-q).

Terkendalinya jumlah kasus COVID-19 (Corona Virus Disease – 19) dan pelonggaran syarat perjalanan menjadikan mobilitas masyarakat meningkat pesat. Momen hari raya Idul Fitri pada triwulan-2 2022 juga menjadi momen meningkatnya mobilitas masyarakat secara signifikan. Meningkatnya mobilitas masyarakat akan meningkatkan aktivitas perekonomian di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah indikator antara lain meningkatnya jumlah penumpang di seluruh moda transportasi dibandingkan kondisi tahun lalu. Selain itu sektor pariiwisata muali bergeliat, hal ini tampak pada meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan angka hunian hotel dibandingkan kondisi tahun lalu.

Tumbuhnya perekonomian pada kuartal dua ini juga didukung oleh respon dan usaha pemerintah dan BI dalam menjaga daya beli masyarakat di tengah inflasi  antara lain meningkatnya realisasi belanja subsidi energi dan dan bantuan sosial. Dari sisi moneter, BI juga memepertahankan suku bunga acuan, hal ini menjaga stabilitas dunia usaha. Pemerintah juga giat memberikan insentif pajak dalam rangka mendorong aktivitas dunia usaha yang tertuang dalam PMK (Peraturan Menteri Keuangan) Nomor 3/PMK.03/2022.

Indikator pendapatan masyarakat juga menunjukkan angka pertumbuhan positif dan menggembirakan serta giat produksi di segala sektor juga menunjukkan peningkatan (ekspansif).  (*/)

News Feed