FAJAR, WATAMPONE -Lelaki paruh baya itu tersenyum. Di kepalanya, muncul kenangan saat pulang dari tanah suci. Lelaki bernama Saguni itu, rela meninggalkan rumahnya di Desa Lallatang, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, untuk menjemput kerabatnya yang baru saja selesai melaksanakan ibadah haji di Masjid Agung Watampone. Saat tiba di Masjid, dia tak begitu banyak beraktivitas.
Lelaki berusia 67 tahun itu, hanya menyaksikan keramaian. Sesekali melempar senyum. Dia mengenang, saat dirinya yang juga datang dari tanah suci. Dijemput keluarganya dengan penuh rasa kebahagiaan.
Minggu, 31 Juli, sekitar pukul 17.00 Wita, petugas kepolisian sudah menutup Jalan Ahmad Yani. Arus lalin di Masjid Agung dialihkan untuk menjemput jemaah haji. Hingga waktu Isya, jemaah haji belum juga sampai.
Saguni dan warga lainnya tetap menunggu dengan sabar. Karena kondisinya perlahan kurang baik, keluarganya meminta Saguni beristirahat di dalam mobil. Hingga waktu menunjuk pukul 22.00 Wita, kondisinya semakin buruk. Dia sesak napas hingga dilarikan ke RSUD Tenriawaru.
Dia diperiksa di IGD. Namun sudah tidak tertolong lagi. “Jadi dia diantar sama keluarganya dan ada petugas kepolisian. Menurut perawat IGD, pasiennya tiba dalam keadaan meninggal, nadi tidak teraba, tekanan tidak terukur lagi dan denyut jantung tidak ada lagi,” kata Humas RSUD Tanriawaru, Ramli.
Karena kelurganya menolak untuk dilakukan autopsi Saguni dibawa pulang oleh keluarganya. Senin, 1 Agustus dia dikebumikan. “Mau dibawa pulang untuk dikebumikan. Keluarga sepakat tidak melakukan otopsi karena memang dia meninggal murni akibat penyakit,” kata Imran Alif yang ikut mengantar korban ke RSUD.
Saguni katanya memang tidak sehat. Namun, dia ingin menjemput kerabatnya. “Memang kondisi kesehatan tidak dalam kondisi fit. Namun tetap juga mau ikut menjemput. Padahal info dari anaknya sudah dilarang tapi tetap ngotot juga,” imbuhnya. (ans/*)
