English English Indonesian Indonesian
oleh

Kapabel Beri Dampingi Warga di DAS Saddang, Hadapi Perubahan Iklim

FAJAR, MAKASSAR -Konsersium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan (Kapabel) bekerja sama dengan Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan (Kemitraan) dan Pemda Sulsel melaksanakan program pendampingan dan pembinaan masyarakat sebagai bentuk antisipasi terhadap risiko perubahan iklim yang terjadi, terkhusus pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang, di Sulsel dan sebagian wilayah Sulbar.

Berbasis pengelolaan pangan hutan, program yang berhasil mendapat dukungan oleh organisasi pendanaan internasional Adaptation Fund ini menyasar tiga wilayah yang termasuk dalam bagian DAS Saddang, yaitu Toraja, Toraja Utara, serta Enrekang. Terdiri atas 15 desa yang kini menghasilkan 18 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS).

Direktur Kapabel, Muh Ichwan Kadir menjelaskan, Konsorsium terdiri dari lima lembaga yang saling bekerja sama dalam menyelesaikan program ini. Diantaranya, Yayasan tim layanan kehutanan masyarakat (TLKM), Yayasan Alumni Kehutanan Unhas (YAKU), Puslitbang Nasional Heritage, Biodiversity, and Climate Change Unhas, Kanopi hijau, dan Bumi Lestari.

“Konsersium ini terdiri dari lembaga organisasi, sipil, serta kampus. Keseluruhannya punya kontribusi besar dalam melncarkan program ini,” terangnya.

Menurutnya, ini adalah langkah awal dalam membuat masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, ia berharap kegiatan ini akan terus berkesinambungan.

“Yang penting kami sampaikan bahwa ini bagian dari langkah awal, langkah selanjutnya bisa didiskusikan lebih lanjut. Semoga Pemda dan Kemitraan bisa mendukung kami kedepan, kita punya peluang besar melalui adaptation fund ini, platform besar ini cukup besar dan kita berhasil mendapatkan dua program yang didanai,”lanjutnya.

Directur Eksekutif Kemitraan, Laode M Syarif menyebut fokus program ini ialah bagaimana mengajarkan masyarakat untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah terjadi, dan bagaimana untuk menghindari kondisi itu berkelanjutan.

“Keterlibatan dunia usaha, serta daerah yang menghasilkan sesuatu dengan tetap menjaga hutan itu bisa menjadi pembelajaran dan hal yang patut dibanggakan, sebab, hasilnya dapat langsung dirasakan, khususnya bagi kalangan ibu rumah tangga,” jelasnya.

Ia membeberkan tak mudah untuk bisa lolos dan terpilih dalam pendanaan oleh Adaptation fun, sebab, cakupan daya saingnya adalah seluruh dunia yang juga memiliki program terkait adaptasi perubahan iklim.

“Ini tidak gampang, kita bersaing dengan seluruh dunia, tapi kualitas programnya bagus, sehingga bisa bersaing dengan negara asia lain, bahkan lolos dua program sekaligus, ini pertama di Indonesia. Saya berterimakasih atas dukungan yang membantu program ini bisa terlaksana,” tuturnya.

Kapabel memilih DAS Saddang sebagai wilayah proyek yang berfokus pada pangan hutan, dengan pembagian wilayah hulu dan hilir, sebab dua wilayah inilah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan komoditas yang dipilih adalah kopi, kemiri, gula aren, serta keripik dari umbi-umbian.

Produk-produk ini merupakan hasil dari 18 KUPS yang berhasil di bina. Bentuk pembinaannya beragam, dengan mengajarkan penggunaan tekonologi terhadap pemecahan kemiri, ada pula yang pengenalan dan pengolahan biji kopi.

Salah satu warga binaan, Christian Tarima Loloallo menjelaskan dirinya merasa terbantu dengan adanya program yang sudah berjalan selama 21 bulan ini. Menurutnya, perubahan besar dirasakan oleh pemilik usaha olahan biji kopi tana toraja dalam kemasan ini.

“Kami sudah bergabung sari 2020 kemarin, dulu kupas kulit langsung kita jual, tetapi kami diberitahu, katanya diolah dulu diberi kemasan, ternyata itu yang lebih menarik pembeli,” bebernya.

Baginya, hal ini juga sangat menguntungkan masyarakat, khususnya di daerah tempat tinggalnya. Sebab, bantuan pendampingan yang diberikan adalah mengarahkan hingga bisa, bahkan, Ia mengaku, telah dibawa studi banding ke Jawa guna menemui penghasil kopi dan mengetahui bagaimana cara mengolah kopi lebih baik sampai jadi baik.

“katanya ini lebih menguntungkan sampai jadi bubuk, makanya kita ikuti, dan memang sudah banyak kemajuan, karena saat ini target sudah banyak dijual, bahkan di toraja sendiri,” tandasnya. (fni/*)

News Feed