Irsyad mengaku sedih jika kekayaan alam tak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Padahal, tanaman kopi telah ada sejak zaman kerajaan. Diperkenalkan oleh petani Gowa yang dikenal Kopi Bugis.
Kini tanaman kopi makin populer. Tanamannya bahkan sampai ke pekarangan rumah. Selain itu, juga ditanam dengan sistem pertanian campuran dan pola pertanian alam. Terbaru, produksi kopi di Kahayya beragam citarasa khas. Kopi diolah dengan perpaduan rasa kayu manis, gula merah, bunga, hazelnut, dan markisa. “Ini kemajuan yang luas biasa,” sebutnya.
Sebelum IMP hadir, para petani hanya melakukan petik rampas. Tanpa memilah buah kopi berkualitas baik atau berwarna merah. Cara jualnya juga gelondongan, tidak ada pengolahan. “Nanti setelah kita bina, baru mereka petik buah yang hanya berwarna merah,” kata Awal Irsyad.
Saat ini melalui project Dompet Dhuafa, kopi Kahayya telah dipasarkan hingga mancanegara. Seperti Rusia, Dubai dan Jerman. Baru-baru ini, Irsyad mengaku telah mengirim sampel 500 kg ke Amerika Serikat.
Selain itu di Kahhaya, telah ada koperasi yang didirikan. Koperasi tersebut menjadi wadah komunitas petani. “Ada 44 petani yang kita galang dengan luas lahan 88 ribu hektar,” tambahnya.
Indah salah seorang petani di Desa Kahayya sudah merasakan keuntungan dari kopi. Saat ini produksi petani makin meningkat. Itu setelah Kahayya kini mulai terkenal dengan Kopinya. “Kita berharap kopi Kahayya semakin terkenal dan menjadi kebanggan orang Bulukumba,” harapnya.
Pemkab Bulukumba juga memberi perhatian besar kepada Kahayya. Bupati Bulukumba Muchtar Ali Yusuf berjanji membangun bendungan di kawasan Puncak Donggia Desa Kahayya, Kecamatan Kindang.