“Ini yang membuat saya mengulas terkait Antropologi Budaya menyelidiki bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia,” ungkap mantan Ketua Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas ini.
Ilmu tersebut kata dia, mempelajari bagaimana manusia dengan akal dan struktur fisiknya yang unik, berhasil mengubah lingkungannya yang tidak ditentukan oleh pola naluriah. Manusia yang berhasil mengubah lingkungan hidupnya, berdasarkan pengalaman dan pengajaran dalam arti yang seluas-luasnya. Itu semua yang bisa dikatakan sebagai karya sastra.
Pada kesempatan itu, ia menawarkan satu model pembentukan Karakter Maritim yaitu Model Perahu Welenrengnge. “Saya memberi nama Model Perahu Welenrengnge karena perahu ini berhasil membawa Sawerigading beserta rombongan dari tanah Bugis sampai ke tanah Cina,” ungkap suami Dr Andi Indah Raya ini.
Dalam pelayarannya mengarungi Samudera, mereka senantiasa sukses dan berjaya, walaupun mendapatkan berbagai rintangan dan tantangan baik di daratan maupun di tengah lautan selama dalam perjalanan tetap memperlihatkan Karakter Maritim.
Menurutnya, Model Perahu Welenrengnge diimitasikan sebagai suatu program yang berjalan secara holistik, memperlihatkan suatu bentuk kebudayaan masyarakat Bugis yang sukses dan berjaya, berkarakter Maritim.
Sama halnya ketika mengubah perilaku seseorang atau sekelompok orang, memerlukan waktu yang cukup. Akan tetapi, dengan skenario tahapan-tahapan yang terprogram dan teregulasi akan terwujud karakter Maritim.
