Seiring berjalannya waktu, selama berada di pengurungannya, Dalih mengalami konflik batin sehingga memunculkan suara-suara di kepalanya yang diwakili oleh Tokoh A dan Tokoh B. “Setelah melewati pergulatan panjang dengan dirinya sendiri serta dengan situasi yang ia alami, pada akhirnya, ia benar-benar menjadi gila,” tuturnya.
Bagi Nisa, pesan yang ingin disampaikan yakni, ide yang diangkat dalam naskah dan pertunjukan ini sangat dekat dengan kita dan bisa terjadi kapanpun, di manapun, dan oleh siapapun. “Ini tidak kita duga untuk berdalih atau mencari alasan dalam menutupi suatu keburukan,” ungkapnya.
Terkait teknis pertunjukan, menurut Nisa, pertunjukan ini berupaya untuk menerobos dinding ke empat antara pemain dan penonton. “Dalam artian kami ingin memutus keterhanyutan penonton, sehingga membuat penonton menyadari bahwa ini hanya sekadar pertunjukan. Setelah keluar dari gedung pertunjukan ada proses berpikir yang mereka alami,” bebernya. (*/ham)
Pada FTMI ini ada 15 peserta asal Sulselbar yang menampilkan pertunjukannya sebagai berikut:
- UKM Bunga Kodza STAIN Majene
- UKM Teater Kampus Unhas
- Titik Dua UKM Seni UNM
- Lentera HMJ Bahasa Inggris FBS UNM
- Biseru 17 Parepare
- UKM Seni Katarsis Politeknik LP31 Makassar
- UKM Sedaya Mamuju
- Perseroan Seni Akuntansi HMA FE Unsulbar
- LSBM Estetika UIN Alauddin
- Bengkel Sastra Dema JBSI FBS UNM
- UKK Seni Sibola IAIN Palopo
- SPaSI IMSI KMFIB Unhas
- BKMF Teater Kampus FSD UNM
- BKMF DE ART Studio UNM
- UKM Seni Pandaraq, Sulbar