English English Indonesian Indonesian
oleh

Mayjen TNI Andi Muhammad, Pewaris Tahta dan Satria dari Tellung Boccoe Yang Agung

Dalam sejarah dan kebudayaan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, (Sulselbar) benda-benda suci tersebut dianggap sebagai bendayang turun dari langit atau yang muncul dari bawah laut, dibawa bersama oleh para dewa ketika turun dari langit ataumuncul dari bawah laut yang kelak akan menghuni bumi.

Dewa yang turun dari langit disebut To Manurung (orang yang turun) dan dewa yang muncul dari dasar laut disebut To Tompoq (orang yang muncul). Perkawinan antara dewa dari langit dan dewi dari bawah laut, itulah yang melahirkan manusia yang selanjutnya  menghuni dunia tengah.

Fungsi manusia di dunia tengah adalah untuk menjaga keseimbangan, baik dengan para dewa dan manusia, antara penguasa dan rakyat, antara perempan dan laki-laki, maupun antara hak-hak individu dan hak-hak masyarakat.  Itulah yang melahirkan bentuk pemerintahan tradisional yang memiliki bentuk pemerintahan yang mirip demokrasi. Menurut Prof Zaenal Abidin, bentuk pemerintahan di Sulselbar ini satu-satunya di dunia yang dibangun bukan atas dasar penaklukkan dan perang,  tapi melalui kontrak sosial. Raja tidak mesti turun temurun, dan raja bisa diturunkan dari tahta bila ia melanggar undang-undang. Aturan tersebut adalah adat yang  telah disepakati oleh para pemangku adat yang fungsinya sama dengan DPR sekarang ini.

Kehadiran arajang ini menjadi justifikasi akan kebesaran raja, yang diakui oleh masyarakat, di tempat mana arajang itu disimpan dan dilindungi oleh raja, ke sanalah rakyat menyembah, membawa upeti, tunduk dan patuh.

News Feed