“Karena itulah kita melakukan perjanjian kerja sama dengan Kelompok Tani Parangta’juru, agar semuanya merasa punya tanggung jawab dan amanah dalam menjalankan program ini. Makanya kita akan tetap melakukan pendampingan hingga beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.
Di hari pertama, para petani diajarkan teknik menyambung pucuk dengan entres (pucuk alpukat varietas unggul). Teknik sambung pucuk dilakukan dengan cara menggabungkan batang atas dan batang bawah. Batang bawah diharapkan menjadi batang yang tahan terhadap patogen tanah dan kokoh. Sedangkan batang atas merupakan bagian yang memiliki karakter produksi yang diinginkan.
“Batang bawah ini biasanya menggunakan tanaman yang berasal dari biji sehingga memiliki perakaran yang kuat. Perpaduan dari bagian tanaman yang disatukan tersebut diharapkan akan menghasilkan tanaman jenis baru dengan sifat genetis yang memiliki keunggulan, yaitu kokoh, perakaran kuat, cepat berbuah, produktif, tahan penyakit dan mutu buah baik sesuai dengan sifat genetis induknya. Teknik sambung pucuk ini kita lakukan dengan membuat celah pada batang bawah dan dimasukkan batang atas (entres) yang memiliki paling tidak tiga mata tunas. Entres ini diambil dari cabang atau ranting yang berasal dari tanaman lain yang memiliki keunggulan genetis,” jelas Muhammad Ikhsan, Tenaga Ahli Peneliti dari Balai Penelitian Buah Kementerian Pertanian.
Di hari berikutnya, para petani diajarkan melakukan pemupukan dengan menggunakan bahan-bahan organik yang berpengaruh pada pertumbuhan pohon alpukat dan buah yang dihasilkan. Lewat bahan organis, diharapkan menjadikan pohon bisa tumbuh lebih baik dan terhindar dari penyakit tanaman.