Kata Husnul, MAHESTY sebagai lembaga yang sadar akan kepunahan tersebut akhirnya mengambil langkah kongkret untuk melestarikan warisan budaya terbesar masyarakat Sulawesi Selatan ini. Dengan menyelenggarakan kegiatan pelatihan merawat manuskrip.
Kegiatan tersebut mengusung tema Revitalisasi Manuskrip: Merawat Ingatan Masyarakat Sulawesi Selatan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 4 Juni 2022 di Benteng Rotherdam.
“Ini mengundang akademisi, praktisi, penggiat budaya dan yang terpenting adalah pemilik manuskrip. Peserta dari kegiatan sebahagian besar merupakan generasi muda yang sadar akan perlindungan manuskrip lokal. Akhirnya kami sadar, bahwa generasi milenial juga harus ikut andil dalam kegiatan ini, agar mereka dapat terlibat dalam perlindungan naskah klasik,” ungkapnya.
Langkah konkret MAHESTY ini pun direspons positif oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan (BPNB Susel). Akhirnya kegiatan ini terwujud atas kerja sama dengan BPNB.
Kepala BPNB, Andi Syamsu Rijal memandang, kegiatan ini sangat penting untuk pelestarian budaya. Melihat kegiatan ini sejalan dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Undang-Undang tersebut mengatur pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan.
Kegiatan Revitalisasi Manuskrip Lokal akan diawali dengan pemberian materi tentang Manuskrip Lokal Sulawesi Selatan. Kemudian peserta akan melakukan praktik perawatan manuskrip secara langsung. Aris Riyadi sebagai Konservator Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) akan memandu dan memberikan bekal ilmu dalam melindungi manuskrip sesuai standar Internasional.