English English Indonesian Indonesian
oleh

Antrean Haji di Bantaeng Mesti Tunggu 97 Tahun, Waiting Lists Terlama Se-Indonesia

FAJAR, MAKASSAR–Daftar tunggu haji di Sulsel paling lama di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bantaeng. Sejak pembatasan kuota, antrean makin meningkat.

Data Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel dengan adanya pembatasan kuota haji saat ini yang hanya 3.302 orang untuk Sulsel, maka daftar tunggu rata-rata di kabupaten/kota hingga 60 tahun.

Bahkan daftar tunggu haji Bantaeng naik menjadi 97 tahun karena kuotanya hanya 85 orang dari jumlah pendaftar 8.199 orang. Namun, diharapkan kuota terbatas ini hanya sementara.

Secara umum, jika kuota haji Sulsel normal angka jemaah yang bisa berangkat di kisaran 7.296 orang. Sudah termasuk petugas di dalamnya. Artinya, tahun ini kuota Sulsel hanya separuh dibandingkan kuota 2018-2019.

Saat ini, daftar tunggu alias waiting lists haji Sulsel sebanyak 239.073 orang dengan asumsi kuota normal. Jika dirata-ratakan, sekitar 37 tahun di setiap kabupaten/kota.

Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Khaeroni mengatakan, posisi Sulsel saat ini dalam daftar tunggu pemberangkatan ibadah haji masih menempati urutan pertama di Indonesia. Terlama dibandingkan provinsi lain.

Bahkan daftar tertinggi ada yang sampai 45 tahun, yaitu di Kabupaten Bantaeng. Kemudian paling terendah 21 tahun di Kabupaten Luwu dan Enrekang. Itu dalam kondisi kuota normal. Jika kuota terbatas, akan lebih lama lagi.

Khaeroni mengatakan, kondisi ini menjadi perhatian Kemenag untuk berharap ke depan kuota haji bisa ditingkatkan. “Tapi sebenarnya kuota itu kebijakan pemerintah Arab Saudi,” katanya dilansir koran FAJAR edisi Jumat, 20 Mei 2022.

Khaeroni berharap, pemerintah pusat dan Arab Saudi bisa memberikan solusi. Kemudian Sulsel mendapat jatah lebih banyak. Sebab, kondisi saat ini memang daftar tunggu sangat lama.

Kebijakan Saudi

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulsel Ikbal Ismail menambahkan bahwa terbatasnya kuota haji setiap tahun disebabkan kebijakan dari Arab Saudi. Salah satu alasannya karena daya tampung dan fasilitas yang terbatas.

“Terutama di Mina. Itu alasan utama karena daya tampungnya terbatas,” beber alumni Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini.

Kondisi Daerah

Sementara itu, Gowa mendapat kuota sebesar 274 orang. Daftar tunggu umur 78 tahun sekitar 700-an orang.

Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor Kemenag Gowa Tajuddin mengatakan kuota ini lebih kecil dibanding sebelumnya, yakni 597 orang.

“Rata-rata mereka menunggu 3-7 tahun bagi haji plus. Sedangkan untuk yang reguler bisa sampai 39 tahun,” ucapnya.

Saat ini estimasi waktu tunggu keberangkatan haji reguler memang hitungan rata-rata per provinsi. Untuk jemaah yang akan berangkat, mereka telah melakukan vaksinasi booster dan meningitis.

Di Maros, total jemaah daftar tunggu haji sebanyak 11.400 orang. Jika dirata-ratakan, mereka baru bisa berangkat 30 tahun kemudian.

Kepala Kantor Kemenag Maros Abd Hafid M Talla mengatakan tingginya daftar tunggu disebabkan banyaknya orang yang mendaftar haji.

“Ini salah satu informasi yang menggembirakan. Karena membeludaknya calon jemaah haji di Maros merupakan salah satu indikator taraf hidup perekonomian di Maros cukup tinggi. Ya, karena yang bisa berhaji adalah orang yang mampu,” jelasnya.

Sekadar diketahui untuk 2022 ini, Kabuapaten Maros hanya mendapatkan kuota sebanyak 142 jamaah haji.

Selanjutnya, untuk Bantaeng hanya kebagian 85 jemaah haji tahun ini. Jemaah akan masuk asrama pada 16 Juni. Pada situasi normal, kuotanya 189 orang.

Jika kuota saat ini jadi rujukan pemberangkatan, maka lama daftar tunggu haji Bantaeng mencapai 97 tahun.

Kepala Kantor Kemenag Bantaeng Muhammad Ahmad Djailani mengatakan kuota berkurang sebanyak 60 persen tahun ini. Situasi ini sangat mempegaruhi jadwal tunggu yang akan makin lama.

Saat ini, daftar tunggu haji Bantaeng telah berjumlah delapan ribu orang lebih. “Kalau dari hitungan, kita kabupaten terlama di Indonesia, kalau daftar sekarang nanti berangkat 46 tahun mendatang,” kata Ahmad Djailani.

Antusias warga muslim Butta Toa –julukan untuk Bantaeng– dinilainya sangat besar dibandingkan kabupaten lain. “Kalau pendaftaran dibuka, setiap hari Kemenag dibanjiri pendaftar,” katanya.

Di Kabupaten Wajo, jumlah daftar tunggu haji telah mencapai 17 ribu orang. Hal itu diutarakan oleh Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kemenag Wajo Abd Hafid.

Dua tahun tanpa pemberangkatan sejak 2020, memperpanjang daftar tunggu haji Wajo. “Tahun ini kita patut bersyukur. Kita berharap tahun depan pemberangkatan haji tetap ada, sehingga daftar tunggu tidak membengkak,” ujarnya.

Sebelumnya, Wajo diberikan 401 kuota haji oleh pemerintah pusat. Kemudian mendapat penambahan 56 untuk lansia. Sehingga totalnya sebanyak 457 kouta.

“Namun kouta yang diberikan pemerintah pusat untuk Wajo, rencana pemberangkatan tahun ini sangat sedikit. Cuma 185,” katanya.

Dengan angka daftar tunggu saat ini, jika rata-rata berangkat hanya 185 jemaah per tahun, maka butuh 91 tahun untuk memberangkatkan semua pendaftar haji di Wajo.

Dari jumlah kuota haji Wajo, terdapat 30 jemaah yang batal diberangkatkan. Bukan hanya karena usia sudah di atas 65 tahun, namun juga faktor lain.

“Lima batal menunggu orang tua dan satu orang hamil. Tetap CJH yang batal berangkat tetap diganti oleh cadangan. Jadi tetap 185 kouta berangkat,” jelasnya.

Ia pun berharap. Pemerintah pusat memiliki solusi terhadap jemaah yang batal berangkat khususnya telah melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan kuota tahun depan makin banyak.
(mum-wis-rin-akb-man/zuk-dir)

SELENGKAPNYA BACA KORAN FAJAR EDISI JUMAT, 20 MEI 2022

News Feed