MAKASSAR, FAJAR — Para imam dari sejumlah pesantren dan kampus Islam disebar ke masjid. Banyak manfaat, namun juga ada syaratnya.
Belakangan ini, Ramadan mulai tren diisi dengan budaya baru. Pengurus masjid mengontrak orang yang bersedia menjadi imam selama bulan puasa.
Tujuannya, menjaga kekhusyukan selama menjalani ibadah salat Tarawih di masjid. Termasuk ibadah salat fardu. Tergantung kontraknya. Ada yang dikontrak untuk Tarawih dan fardu, ada pula yang hanya Tarawih.
Biasanya, imam dari luar didatangkan ketika di sebuah kampung atau masjid itu tidak ada yang memiliki tilawah atau tartil Al-Qur’an yang bagus. Termasuk menghafal Al-Qur’an.
Mereka didatangkan menjadi imam selama Ramadan di sebuah masjid agar jemaah bisa lebih konsentrasi melaksanakan salat. Tartil dan tilawah yang bagus membuat jemaah bisa lebih khusyuk.
Imam Masjid Al-Muhajirin Blok AC II, Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Khaidar Alim, mengaku baru kali pertama memimpin sebagai imam di Kota Makassar.
Sebelumnya ia aktif sebagai imam di kampung halamannya di Bulukumba, sejak kelas delapan Tsanawiyah. Saat ini dirinya tak hanya memimpin salat Tarawih, melainkan juga salat lima waktu.
“Kita bermalam, karena begitu diminta,” ujar santri kelas 12, Madrasah Aliyah, Pondok Pesantren Babul Khair, Bulukumba ini dilansir koran FAJAR edisi Jumat, 22 April 2022.
Ia juga membagi pengalamannya sejak awal Ramadan lalu. Pada awal, dirinya cukup grogi memimpin, namun tetap berhasil menyelesaikan salat tanpa adanya bacaan yang bermasalah.