LONDON, FAJAR– Meskipun tak banyak yang menganut agama Islam di London, tetapi masyarakat London sangat menghargai perbedaan dalam beribadah.
Hal ini sangat dirasakan oleh Sutamara Lasurdi Noor. Sebagai muslim yang saat ini kuliah di University College London, ia merasa teman-temannya di London sangat mengerti akan apa yang bisa dilakukan dan dihindari sebagai umat muslim.
Apalagi kata Tama sapaannya, seperti saat ini di bulan Ramadan. Kadang teman-temamnya yang non-muslim, paham betul jika mereka tidak boleh makan dan minum. Sehingga mereka kadang membatasi juga mengajak ketika siang hari.
“Sebelum ramadan saya sudah jelaskan sama teman-teman di London kalau selama sebulan itu tidak boleh makan dan minum di siang hari. Jadi ketika masuk ramadan mereka sudah mengerti,” ucapnya.
Kendati demikian, kata Tama ia memberi tahu temannya bahwa tak masalah jika teman-temannya mau makan dihadapannya. Sebab Tama mengaku, semua dari self control. Misal kalau lihat makan dan ngiler serta langsung dan lapar, sebetulnya tergantung orangnya.
“Saya sendiri tidak masalah kalau ada teman non muslim yang makan. Itu hak mereka dan mungkin mereka juga tak terbiasa dengan apa itu puasa. Sehingga kita maklumi saja,” ucapnya.
Sementara selama Ramadan, mahasiswa muslim baik dari Indonesia maupun negara lain, seringkali membuat acara buka puasa bersama.
Sebelum buka puasa ada yang pergi berbelanja bahan makanan lalu dimasak di rumah salah satu mahasiswa. Kemudian menyiapkan makanan dari negara masing-masing.
“Kadang yang sering memanggil buka puasa bersama itu mahasiswa Islam dari Arab atau Turki. Mereka mengaku cara itu setidaknya bisa mendekatkan dan menjalin silaturahmi,” ucapnya.