“Apabila kurang yakin dan ingin melakukan pengecekan rute, maka melihat aplikasi penunjuk jalan hanya boleh dilakukan saat berhenti atau menepi sejenak di bahu jalan,” saran Johanes.
Pengendara juga harus memiliki waktu istirahat cukup. Waktu tidur yang kurang kerap dialami saat Ramadan, bisa berpotensi terjadinya micro sleep atau terlelap sejenak tanpa disadari.
“Untuk para pengendara yang melakukan perjalanan pendek dan merasakan konsentrasi menurun karena mengantuk, sempatkan beristirahat minimal selama sepuluh menit,” tuturnya.
Pengendara juga harus sentiasa berpikir positif. Waktu berbuka puasa di rumah bersama dengan keluarga, menjadi hal yang sangat ditunggu selama Ramadan. Terkadang hal ini memicu kondisi lalu lintas yang padat saat pulang kerja.
Dalam kondisi seperti ini, emosi sangat mudah terpancing untuk itu kita perlu selalu berpikir positif terhadap pengendara lainnya. “Selain itu kita juga perlu memiliki rasa toleransi dan sabar agar kepentingan sesama pengguna jalan dapat terpenuhi, serta tetap dapat mengendalikan emosi saat berpuasa,” terangnya.
Perlu pula memperhatikan prediksi bahaya, di mana saat berkendara dan telah mendekati waktu berbuka puasa, sebaiknya tetap memperhatikan jarak aman dengan kendaraan lain. “Sebab terkadang banyak pengguna jalan yang tiba-tiba berubah arah ke sisi tepi jalan untuk membatalkan puasa,” ucapnya.
Kemudian yang terakhir, pengendara harus menguasai teknik berkendara yang tepat. Tips ini wajib dipraktikkan saat puasa maupun tidak puasa. Dengan menguasai teknik berkendara yang tepat sesuai jenis motor dan kondisi jalan, maka pengalaman berkendara menjadi aman dan nyaman.