English English Indonesian Indonesian
oleh

Adelaide Australia, 40 Menit Naik Kereta ke Masjid Terdekat

AUSTRALIA, FAJAR– Tradisi-tradisi unik seperti ngabuburit, hunting takjil, tarawih bergilir di masjid-masjid bakal sangat langka di Australia.

Hal inilah yang ditemui Indah Indrawaty, perempuan asal kabupaten Bone yang kini berada di Australia. Meskipun beda dengan di Indonesia, Indrawaty masih merasa bersyukur.

“Di sini tak ada pedagang kaki lima, sehingga kalau mau membeli makanan buat berbuka harus ke minimarket dan bisa buat sendiri,” ucapnya.

Untuk itu, Indah selalu membuat sendiri takjil. Seperti pisang ijo. Itupun untuk mencari pisang cukup sulit. Pisang-pisang di tempatnya ukurannya kecil dan berbeda di Indonesia.

Kemudian untuk cuaca, di Adelaide, Australia tempatnya tinggal saat ini memasuki musim gugur. Sebab di musim gugur, suasana di sana tidak terlalu panas dan waktu berbuka bisa lebih cepat dari berpuasa di musim panas. Waktunya hanya 11 jam, sudah tiba waktu magrib dan berbuka.

Berbeda dari ramadan tahun lalu, kata Indah ia mendapati ramadan atau bulan puasa bertepatan dengan musim panas. Di Adelaide Australia saat musim panas, di mana siang hari lebih panjang. Puasa di sana bisa mencapai 18-19 jam.

Indah bercerita jika sekarang ia sudah terbiasa berpuasa di lingkungan yang minoritas muslim. Apalagi ia sudah 15 tahun di Australia, sejak 2005 lalu.

Datangnya bulan ramadan di Australia sama sekali tidak terasa euforianya. Puasa juga terasa lebih berat.

“Karena hidup di lingkungan minoritas muslim, jadi tentunya banyak godaan dan cobaan karena mayoritas tidak puasa,” ucapnya.

News Feed