English English Indonesian Indonesian
oleh

Terlebenggu Kemiskinan, Begini Perjuangan Pelajar di Maros Mengejar Cita-cita

Arini N Fajar, Kabupaten Maros

MATAHARI belum begitu terik, Ayu Widya Ningsih (13) bersiap-siap menuju sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 1 Maros Belang-belang, Kecamatan Lau.

Setelah berpakaian rapi, ia terlebih dahulu membantu sang ibu, Sumiati (54) membereskan pekerjaan rumah. Setelah itu barulah berangkat ke sekolah. Untuk bisa sampai ke sekolahnya, ia harus menyusuri jalan sejauh empat kilometer.

Sebenarnya ada jalan alternatif. Bisa lebih cepat sampai ke sekolah, tapi lewat pematang sawah. Namun jalan itu hanya bisa dilalui jika pemilik sawah sudah panen. Ayu meninggalkan rumah sekitar pukul 06.00 Wita, tiba di sekolah satu jam kemudian.

Meski setiap hari jalan kaki, anak berperawakan kecil itu tak pernah terlambat tiba di sekolah. Ia juga tak pernah menampakkan dirinya susah. Selalu ceria. Makanya, dia disukai oleh teman-temannya. Ayu bercerita kalau perjuangannya bersekolah sangat berat. Awalnya sang ibu tak setuju jika Ayu sekolah. “Tidak ada biaya,” katanya.

Namun karena tekadnya kuat, ia sembunyi-sembunyi mengambil formulir di MTSN 1 Maros. Ia ingin terus bersekolah. “Saya mau jadi guru,” akunya dengan suara terbata.

Dia mengaku bersyukur, ia memiliki teman maupun gurunya yang baik. Selama ini, Ayu hanya dibiayai sang ibu. Hanya jualan gorengan. Penghasilannya Rp30 ribu perhari. “Itumi saya kasi uang jajan untuk Ayu,” ujar Sumiati (54), sang ibu.

Sumiati pernah bekerja sebagai pengupas mente, tapi tidak berlangsung lama. Penyakitnya kambuh. Lutut dan pinggangnya selalu sakit. “Kadang tidak bisa berdiri,” sebutnya.

News Feed