FAJAR, MAKASSAR — PSM cukup dekat dengan pelatih asal Belanda. Terutama di era Munafri Arifuddin sejak dipercaya menjadi CEO PT PSM. Appi sapaan Munafri kerap menggunakan jasa pelatih asal Belanda.
Kepercayaan dan keputusan Appi memilih pelatih asal Belanda berbuah manis. Prestasi PSM langsung diperhitungkan di Liga 1. Di era Robert Alberts misalnya, PSM selalu di papan atas dan nyaris juara.
Berkatnya, Pasukan Ramang kembali merasakan atmosfer sepak bola Asia di AFC Cup. Begitu juga saat Darije Kalzeic menukangi Wiljan Pluim dkk. PSM sukses mengangkat trofi Piala Indonesia.
Sayangnya itu tidak berlaku bagi Joop Gall. Didatangkan di putaran kedua Liga 1 musim 2021/2022, performa PSM tak kunjung membaik. Bahkan jelang berakhirnya liga, PSM masih harus berjuang untuk memastikan mampu bertahan di Liga 1.
Pengamat sepak bola, Budiardjo Thalib menegaskan bahwa setiap pelatih itu harus mempunyai taktik permainan yang sesuai dengan ciri khas klub. Dia menilai Joop Gall baru mendapatkan keselarasan tim di akhir-akhir musim kedua Liga 1 BRI.
“Kita ketahui bahwa PSM punya motivasi yang tinggi, permainan yang keras dan konsisten. Sehingga pelatih harus berupaya mengimbangi dari segi taktik. Saya lihat Joop Gall baru mengerti permainannya, terbukti kemarin pada saat melawan Persela, bagus kemarin permainannya PSM, namun kita lengah di awal dan di akhir pertandingan, sehingga dengan mudahnya Persela mencetak gol, lagi-lagi kan skor akhir yang menentukan, ” katanya.
Pengamat sepak bola, Hanafing, berkata PSM belum berkembang.”Ya seperti biasa ya kalau PSM, lini tengahnya belum tajam, kordinasinya lambat. Saya juga kurang tahu apa yang menjadi faktor menurunnya PSM di tahun ini,” jelasnya. (bib/rdi)