English English Indonesian Indonesian
oleh

Siapa Setelah Xi?

Bahkan dalam suatu pertemuan internasional yang saya ikuti, seorang pembicara menyatakan situasi pasca Xi Jinping akan jauh lebih unpredictable. Terutama karena tidak ada figur selain Xi yang mampu mengendalikan People’s Liberation Army (PLA) China. Menurutnya, jauh lebih baik ada tokoh yang mampu memegang PLA daripada membiarkannya liar.

Pikiran ini terutama mungkin dilatari karena Tiongkok memiliki banyak persoalan di Laut China Selatan (LCS), Taiwan, Hongkong, Amerika Serikat, dan sekarang dengan Ukraina serta Rusia.

PKC memang telah membuka jalan seperti yang diberikan kepada Mao, kekuasaan lebih besar bagi Xi Jinping. Akan tetapi, mereka tidak pernah secara terbuka mampu membahas persoalan terbesar ketidakpastian kepemimpinan yang dihadapi negeri itu, leadership succession.

Tokoh baris ketiga setelah PM Li Keqiang boleh dikata tidak ditemukan. Sampai dengan penyelenggaraan Kongres PKC ke-20 pada musim semi tahun ini yang bakal menetapkan rotasi kepemimpinan China, tokoh pingitan itu tidak akan pernah ada.

Xi Jinping terlalu besar untuk diduplikasi oleh yang baru. Apalagi jika kongres tahun 2022 secara resmi menetapkannya sebagai pemimpin PKC periode ketiga atau bahkan setelah Kongres PKC 2027 mendatang sekalipun. Sampai 10 tahun ke depan, dunia mungkin hanya akan mengenal satu Xi, tak lain Xi Jinping. (*)      

News Feed