English English Indonesian Indonesian
oleh

PM Belanda Minta Maaf ke Indonesia, Akui Kekerasan Perang 1945-1949

Salah satu sejarawan yang terlibat dalam penelitian tersebut, Rémy Limpach, mengatakan bahwa sebagian penjelasan atas perilaku Belanda kadang-kadang disebut sebagai ‘pemerintahan teror’. Namun, semua itu lemah dalam menghadapi taktik gerilya.

“Seringkali itu muncul dari perasaan tidak berdaya, frustrasi, perasaan bahwa Anda telah memunggungi tembok,” kata Limpach. “Tidak mampu menangani konflik dengan cara militer biasa,” tambahnya.

Penelitian yang didanai pemerintah, yang dilakukan selama 4,5 tahun, menawarkan perspektif yang menantang tentang periode sejarah yang masih mentah bagi banyak orang di Belanda, di mana catatan kolonial negara itu diperebutkan dengan sengit.

“Sumber menunjukkan bahwa penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas tetapi sering juga disengaja,” tulis peneliti Belanda dan Indonesia.

Alasannya adalah karena Belanda ingin mengalahkan Republik Indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dengan cara apa pun.

Penelitian yang dilakukan oleh Institut Belanda tentang Studi Asia Tenggara dan Karibia; Institut Sejarah Militer Belanda; dan Institut Studi Perang, Holocaust, dan Genosida, itu akan diterbitkan dalam 14 buku, termasuk volume ringkasan, Beyond the Pale: Dutch Extreme Violence in the Indonesian War of Independence, 1945-1949. (jpg/fnn)

News Feed